CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages

Jumat, 16 Desember 2011

Pembelajaran Konsumen


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemasaran memiliki peranan penting bagi perusahaan. Untuk bisa menghasilkan laba bagi perusahaan, bagian pemasaran dituntut suskses meyampaikan produk ke tangan konsumen, sehingga para pemasar harus dapat memahami konsumen, apa yang mereka inginkan, bagaimana habitnya, dan apa yang dapat mempengaruhi mereka sehingga memutuskan utuk mengambil produk yang dihasilkan perusahaan.
Mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk bukan hal yang mudah, apalagi mendapatakan Trust konsumen sehingga konsumen menjadi loyal dengan suatu produk memerlukan kualitas produk yang bagus sebagai pendukungnya. Oleh sebab itu perusahaan harus memahami, mengerti dan bisa mempelajari keinginan konsumen, memprediksikan apa yang ada dipikaran konsumen dan seperti apa perilakunya konsumen. Kajian-kajian seperti ini menjadi bahan penentu strategi pemasaran yang akan digunakan untuk produk-produk output perusahaan, mulai penentuan harga, membangun link distribusi, advertising, serta membangun image dari produk yang akan diluncurkan.
Pembelajaran Konsumen menjadi segment yang menarik untuk dipelajari. Medesign bagaimana membangun karakter dari sebuah produk sehingga produk ini mempunyai sesuatu value yang berbeda dengan produk sejenisnya di ingatan konsumen adalah pekerjaan yang tidak gampang. Makalah ini akan memberi ulasan yang disertai contoh riil dari periklanan yang sedang marak di media televisi.
Kajian Pembelajaran Konsumen ini digunakan untuk melihat reaksi konsumen terhadap suatu prudk yang diluncurkan sebuah perusahaan.


TEORI
Pembelajaran Konsumen
Pembelajaran konsumen merupakan proses dimana para individu memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam pembelian dan konsumsi yang mereka terapkan pada perilaku yang berhubungan di waktu yang akan datang. Kebanyakan Pembelajaran Konsumen diperoleh secara kebetulan, namun ada juga yang disengaja.
Ada 2 aliran pemikiran terhadap pemahaman proses pembelajaran konsumen:
1)      Aliran behaviorist (pembelajaran perilaku), yang menitik beratkan dorongan pada pengaruh perilaku atau perilak itu sendiri.
2)      Aliran kognitif (pembelajaran kognitif), yang menitik beratkan pada pemecahan masalah. Konsep aliran kognitif juga dapat berhubungan dengan kebiasaan, karena dalam pengambilan keputusan yang kompleks bisa menyebabkan terjadinya kebiasaan, yaitu jika perilaku pembelian dilakukan berulang-ulang setelah melalui proses kognitif.
Dalam kompleks perilaku dikembangkan 2 teori pembelajaran, yaitu:
v  Classical Conditioning
Dalam pembicaraan sehari-hari pengkondisian berarti respon terhadap situasi yang terjadi melalui pemaparan yang berulang-ulang. Menurut teori Pavlov (psikolog Rusia), pembelajaran yang dikondisikan terjadi jika stimulus tertentu yang dipasangkan dengan stimuls lain yang mendatangkan tanggapan yang di kenal menimbulkan tanggapan yang sama jika digunakan sendiri saja. Misalnya “Produk Lux (Sabun Mandi)” . ketika seseorang sudah merespon produk tersebut, maka diingatannya jika memakai Sabun Lux disaat mandi maka badan menjadi bersih dan wangi. Setelah itu dilakukan secara terus-menerus, maka secara otomatis di ingatannya yang akan dilakukan saat mandi adalah memakai sabun Lux untuk mandi.
Persyaratan menggunakan Classical Conditioning
Ada beberapa syarat untuk menerapkan classical conditioning dalam mengiklankan suat produk perlu dipenuhi agar pengkondisian kepada konsumen berhasil. Syarat-syaratnya yaitu:
§  Seharusnya tidak ada stimuli lain yang dapat membayangi unconditioned stimuli. Misal iklan kosmetik yang menampilkan beberapa artis yang mempuunyai citra yang berbeda. Misal saja iklan kosmetik menggunakan artis Julia Perez (JuPe) dan Nabila Syakib. Ini akan membinggungkan konsumen, karena kedua artis itu mempunyai citra yang berbeda. Jupe mempunyai citra artis yang sensual, sedangkan Nabila Syakib mempunyai citra artis yang lembut. Ini mengkondisikan citra produk akan mendua yaitu apakah konsumen yang memakai kosmetik itu akan dicitrakan sebagai orang yang sensual atau orang yang lembut.
§  Perangsang utama seharusnya sebelumnya tidak diasosiasikan dengan merek produk lain. Misalnya artis Dian Sastro Wardoyo yang dipakai sebagai model produk Loreal, hal tersebut tidak memungkinkan Dian Sastro untuk membintangi produk lain misalnya produk Maybelline. Karena itu akan membuat konsumen menjadi binggung dan kesulitan untuk mengasosiasikan dirinya. Tetapi jika Dian Sastro dipakai sebagai model iklan Loreal, dan dipaki model iklan untuk kategori produk lain seperti: Natur-e, Lux, Panasonic, Lemari Es Samsung, Samsung Corby, dll.
§  Primary Stimuli seharusnya tidak terlalu familir bagi masyarakat. Karena akan menjadikan konsumen jenuh dengan stimuli tertentu yang sangat sering tampil di media masa. Misalnya penggunaan artis Asmiranda untuk iklan merek produk tertentu yang bertujuan untuk mengasosiasikan itu dengannya akan sulit dilakukan. Contoh iklan yang dibintangi Asmiranda yaitu: XL, Head n Shoulder, Vitacimin, Gery Saluut, AC SHARP, dll. Konsumen akan sulit mengasosiasikan dirinya dengan Asmiranda, karena Asmiranda dipakai untuk model iklan lain yang banyak sekali jumlahnya.
§  Classical Conditioning akan lebih efektif jika setimulus utamanya adalah sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru inilah yang seharusnya menjadi tema iklan sebagai setimulus utamanya. Misalnya iklan produk susu formula “Nutrilon” yang memiliki pesan iklan “Life Is An Adventure” dalam iklan ini secara tidak langsung mengajak anak-anak untuk lebih berani berpetualang menikmati alam dan kehidpan masa anak-anak.
v  Instrumental Conditioning
Seperti pengkondisian klasik, pengkondisian instrumental memerlukan hubungan antara stimulus dan tanggapan. Tetapi, pada pengkondisian instrumental, stimulus yang menghasilkan tanggapan yang paling memuaskan adalah stimulus yang dipelajari. Para pakar teori pembelajaran instrumental percaya bahwa pembelajaran terjadi melalui proses mencoba (trial and error), dimana kebiasaan di bentuk sebagai hasil ganjaran yang diterima untuk tanggapan dan perilaku tertentu. Walaupun pengkondisian klasik berguna untuk menjelaskan bagaimana para konsumen mempelajari berbagai perilaku yang sangat sederhana, pengkondisian instrumental lebih bermanfaat untuk menjelaskan berbagai kegiatan yang kompleks dan berorientasi tujuan. Misalanya, perusahaan yang menggunakan stimuli pada produk itu sendiri untuk menggerakkan perilaku penggantian. Contoh, “obat nyamuk Baygon elektrik” memasang “sistem peringatan dini” yang menunjukkan (jika warna hijau pada obat nyamuk telah berubah menjadi putih) tiba saatnya obat nyamuk tersebut untk diganti.
Penerapan Instrumental Conditioning pada Strategi Pemasaran
·         Kepuasan (penguatan) pelanggan
·         Urutan Penguatan
·         Pembentkan Perilaku
·         Pembelajaran Terkumpul vs Pembelajaran Terdistribusi

Implikasi Strategi dari Perilak Habitual
Distribusi Produk
Produk yang dibeli berdasarkan pengulangan atau kebiasaan mempunyai tingkat perputaran produk yang cepat. Dengan demikian, pemasar memiliki frekuensi tinggi dalam menyediakan produk di tempat-tempat penjualan agar konsumen tidak berpindah ke produk lain yang sejenis. Di sisi lain untk produk-produk yang dibeli berdasarkan keputusan pembelian yang komplek tingkat perputarannya tidak terlalu cepat, dapat dibilang perputarannya lambat. Oleh karena itu frekuensi distribusi tidak setinggi seperti produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan.
Kategori Produk
Pembelian dengan keputusan yang komplek bias digunakan konsumen untuk memilih produk-produk yang berisiko, seperti produk-produk peralatan rumah tangga yang dibeli harus secara hati-hati dengan pertimbangan yang matang. Contohnya mobil atau peralatan rumah tangga yang berbau elektronik dan membutuhkan pengorbanan dana yang lebih. Sementara itu produk-produk yang dibeli berdsarkan kebiasaan lebih cenderung untuk produk yang berisiko kecil atau barang konsumsi sehari-hari, contonya: sabun, pasta gigi, dll.
Iklan dan promosi di Dalam Toko
Iklan untuk produk habitual haruslah ditampikan sesering mungkin untuk mengingatkan konsumen, biasanya iklan dirancang dalam durasi yang pendek karena sekedar sebagai pengingat. Tata letak produk habital di atas rak toko perlu diperhatikan, sebaiknya produk habitual diletakkan di tempat dimana konsumen mudah melihatnya. Bagi produk yang dibeli melalui keputusan komplek isi iklan harus detail, memuat spesifikasi produk secara lengkap agar lebih meyakinkan konsumen. Penggunaan media massa seperti majalah yang khusus memuat spesifikasi produk-produk sejenisnya merupakan tempat advertising yang efektif. Penataan produk di rak toko tidak terlalu mempengarhi minat konsumen.
Penetapan Harga
Kebijakan-kebijakan promosi penjualan seperti pemberian kupon belanja dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang bersifat habitual.
Mengubah Perilaku Habitual
a)      Menampilkan feature baru
b)     Menggunakan contoh gratis, potongan harga
c)      Menawarkan manfaat baru
Loyalitas Pelanggan
Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu loyalitas merek dan toko. Loyalitas merek bisa didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek it sepanjang waktu.


Artikel
Gaya Baru Kampanye Merek-merek Unilever                                  
Monday, 19 May 2008
Ada yang baru dari sejumlah merek keluaran Unilever. Iklan Molto untuk pertama kalinya tampil dalam bungkus kreatif kartun animasi.
Penulis dan Peliput: Dwi Wulandari
Usai sukses membuat penasaran pemirsa lewat iklan berseri Pond’s, lagi, tahun ini Unilever menyajikan sejumlah iklan anyarnya lewat merek Molto. Tidak seperti iklan-iklan sebelumnya, merek tersebut menawarkan kreatif yang benar-benar beda.
 Molto menghadirkan sosok Andy, pria jeans yang diceritakan berasal dari Negeri Kain. Dikisahkan di sana, Andy adalah seorang pop star yang memiliki kekasih Lily, perempuan katun sutra. Berkat kesetiaan Andy dan Lily memakai Molto Ultra, mereka pun akhirnya selalu tampil menjadi mahluk kain paling indah dan menawan di Negeri Kain.
Dijelaskan Senior Brand Manager Molto Veronica Utami, ”Negeri Kain adalah pendekatan imaginer dengan mempersonifikasikan pakaian sebagai mahluk hidup. Sementara Molto Ultra adalah produk yang digunakan oleh berbagai jenis pakaian itu untuk tetap menjaga bentuk, warna, dan kesegaran sehingga pakaian selalu tampil menarik.”
Tak tanggung-tanggung, lewat sosok Andy yang juga seorang pop star, memutuskan Molto untuk menggandeng Warner Music Indonesia. Dikatakan Veronica, musik adalah bahasa universal yang dipercaya mampu membuat orang terhanyut dan mendalami pesan komunikasi dari sebuah merek. ”Untuk itu, kami mengambil pendekatan jalur musik untuk membawa karakter Andy dan Lily lebih jauh ke dalam hati konsumen.” lanjutnya.
Hasilnya, Molto bukan hanya menghadirkan iklan bertema kartun dan musik, melainkan juga meluncurkan album berjudul Andy & Friends Love. Dalam album tersebut, ada hits berjudul ”La La La” yang dinyanyikan Andy. Selain itu, Andy juga berkolaborasi dengan 7 penyanyi terkenal. Sebut saja Marcell, Krisdayanti, Acha Septriasa dan Irwansyah, Jikustik, Andien, serta Maliq & D’Essentials, yang melantunkan hits-nya masing-masing.
”Untuk membedah album Andy & Friends Love, kami telah menghadirkan Konser Selembut Cinta bertema Valentine Concert from Andy to Lily, yang tayang di RCTI dan TPI,” ungkap Veronica, yang menyebutkan album Andy & Friends Love juga dijual di pasaran dan bisa dijadikan kado romantis dalam merayakan hari Valentine.

Ulasan Arikel
            Artikel diatas Unilever mencoba meraih perhatian konsumen dengan menyuguhkan tema iklan yang berbeda dengan yang lain. Penggambaran manusia kain bertujuan untuk menjelaskan secara imajiner kepada konsumen bahwa kain yang di beri Molto akan wangi sepanjang hari, tetap menjaga bentuk, dan warna kain sehingga selal tampil menarik kapanpn.
            Primari stimulus dari iklan ini adalah negeri kain yang memiliki bintang Andy dan Lily dengan ciri khas kesegaranya yang bertahan sepanjang hari. Dengan adanya sesuatu yang baru dari Negeri kain yang menjadi stimulus utamanya diharapkan pendekatan Classical Conditioning akan lebih efektif untuk perilaku pembelian yang kurang terlibat atau pembelin habitual.

*** DaCeNyak & W***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar