CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Pages

Rabu, 28 Desember 2011

Budaya Organisasi Terhadap Kinerja


Budaya Organisasi dalam Dunia Kerja
                   Jika tempo hari penulis membahas mengenai Budaya Organisasi dan Unsur pembentuk, kali ini penulis akan membahas mengenai Budaya Organisasi dalam dunia kerja. Tentunya dalam setiap kegiatan sehari-hari baik didalam perusahaan maupun kehidupan di lingkungan, kita memiliki budaya organisasi yang berbeda-beda. Nah,, budaya sendiri merupakan cara hidup dalam suatu bentuk organisasi. Budaya dari setiap organisasi yang berbeda-beda, itu yang membedakan budaya yang satu dengan yang lain baik dalam berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya dapat mengikat anggota kelompok menjadi satu-kesatuan pandangan sehingga tercopta keseragaman berperilaku dan bertindak.
                   Budaya organisasi berkaitan erat dengan pemberdayaan karyawan (employee empowerment) di suatu perusahaan. Semakin kuat budaya organisasi maka semakin kuat dorongan karyawan untuk maju bersama dengan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, pengenalan, penciptaan, danpengembangan budaya organisasi dalam suatu perusahaan mutlak diperlukan dalam rangka membangun perusahaan yang efektif dan efisien sesuai dengan misi dan visi yang hendak dicapai.Dengan demikian antara budaya organisasi dan budaya perusahaan saling terkait kareana kedua-keduanya ada kesamaan, meskipun dalam budaya perusahaan terdapat hal-hal khusus seperi gaya manajemen dan system manajemen dan sebagainya, namun semuanya masih tetap dalamrangkaian budaya organisasi.
Ciri-Ciri Perusahaan Yang Budaya Organisasinya Dapat Meningkatkan/Menurunkan Kinerja Organisasi.
Ciri-ciri tsb sbb:
1.                 Peranan Kepemimpinan Pemimpin puncak sangat berperan dalam melakukan perubahan2 budaya organisasi bila memungknkan. Setiap pemimpin baru menciptakan tim yang membangun visi baru & perangkat strategi untuk mencapai strategi ts. Setiap pemimpin baru berhasil meyakinkan kelompok & individu penting dalam perusahaan untuk mengikat mereka pada arah baru & selanjutnya memberikan energi untuk mewujudkannya. Akhirnya, anggota organisasi membantu melakukan semua perubahan dalam strategi,produk, struktur, kebijakan, personil & budaya.
2.              Para manajer peduli tehadap konstiuen utama yaitu; pelanggan ,pemegang saham, karyawan & lainnya. Keinginan para pelanggan dipenuhi terutama menyangkut produk/jasa yang diinginkan pelanggan. Keuntungan pemegang saham sangat diperhatikan serta kesejahteraan & karier para karyawan dipenuhi
3.               Menghargai orang atau proses yang dapat menciptakan perubahan yang bermanfaat. Inisiatif pimpinan atau anggota organisasi untuk melakukan inovasi & produk baru dihargai. Demikian pula dalam melakukan perubahan budaya dalam mengantisipasi perubahan lingkungan selalu dihargai
4.             Organisasi memiliki budaya kuat & adaptif terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan diantisipasi dengan membuat penyesuaian budaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Kuatnya budaya organisasi juga sangat membantu untuk meningkatkan kinerja perusahaan
5.              Nilai-nilai & keyakinan yang menjadi budaya organisasi dianut, dihayati & dilaksanakan secara bersama & konsisten oleh pimpinan & anggota orgnaisasI
6.             Perusahaan melakukan deversifikasi usaha atau tidak tergantung pada satu jenis produk
Sedangkan ciri-ciri perusahaan yang budaya organisasinya menurunkan kinerja organisasi sbb:
1)               Pemimpin perusahaan termasuk para manajer lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri, kelompok kerja mereka & produk2 tertentu. Sedangkan kepentingan pelanggan, pemilik saham & karyawan diabaikan
2)            Pemimpin & para manajer merasa angkuh & birokratis. Mereka tidak tanggap terhadap perubahan lingkungan & merasa puas dengan prosedur & produk yang dihasilkan
3)             Kurang menghargai inisiatif perorangan untuk melakukan perubahan budaya yang bermanfaat
4)           Nilai-nilai & keyakinan yang menjadi budaya organisasi kurang dianut, kurang dihayati & kurang dilaksanakan oleh anggota organisasi
5)            Perusahaan kurang melakukan deversivikasi usaha
6)           Para manajer merasa bahwa tradisi mereka yang istimewa sangat superior
7)            Para manajer tidak menghargai kepemimpinan & karyawan di semua tingkat yang bertanggung jawab. Mereka cenderung melumpuhkan inisiatif & inovasi sentralistis.
Ada 3 pendekatan dalam mengukur suatu hubungan antara budaya dengan peningkatan kinerja, yaitu:
a.              Strong Culture
Dicirikan dg. Situasi :
Ada hubungan antara budaya kuat dg kinerja unggul. Seluruh manager memegang nilai2 umum & memiliki pola perilaku & praktek yg konsisten. Setiap karyawan baru dpt menyerap nilai dengan sangat cepat.
Dari pendekatan ini keterkaitan budaya organisasi dg kinerja  perusahaan adalah dalam hal :
a)            Penyesuaian tujuan (Goal Allignment)
budaya menjadi ikatan yg membimbing kelompok dalam organisasi menuju arah yg sama
b)           Memberi motivasi pd karyawan
nilai2 diyakini bersama & mampu mencitakan lingkungan kerja kondusif shg karyawan menjadi punya komitmen, dihargai, loyal akhirnya motivasi kerja tinggi
c)             Sebagai kontrol & menciptakan struktur perusahaan

b.             Strategycally Appropriate Culture
Dicirikan pd situasi :
v  Budaya perusahaan kuat, kinerja perusahaan lemah.
v  Menekan kesesuaian ant budaya perusahaan dg lingkungan usaha.
v  Kinerja ekonomi perusahaan unggul dalam jangka pendek & menengah, pd saat budaya & strategi masih sesuai dg lingkungan bisnis
v  Strategi tidak sesuai & kinerja perusahaan turun, krn perubahan lingkungan bisnis

c.               Adaptive Culture
Dicirikan :
Ø  Kinerja perusahaan jangka panjang unggul, mampu mengantisipasi & mengadaptasi perubahan lingkungan
Ø  Dasar dr proses penciptaan budaya adaptive adalah kepemimpinan efektif (effective leadership).
*           Fungsi utama dr kepemimpinan adalah menghasilkan perubahan & bila budaya dpt mendorong perubahan mk dpt dihasilkan karakteristik : risk taking, inisiatif, komunikasi & motivasi ( dasar menciptakan budaya adaptive)
Contoh Budaya Organisasi dalam Dunia Kerja
                         Contoh budaya organisasi dalam dunia kerja adalah adanya kedisiplinan. Sebuah perusahaan, misalnya terkenal dengan disiplinnya terhadap waktu, pembagian kerja dan kinerja masing-masing divisi. Semua karyawan akan menerapkan sikap yang disiplin terhadap cara kerja mereka, sehingga budaya disiplin  akan  melekat dalam diri mereka.
                         Masih banyak lagi budaya organisasi yang cukup menarik untuk kita ketahui. Berikut beberapa contoh budaya organisasi dalam dunia kerja di negara maju:
v  Amerika Serikat
Budaya organisasi orang Amerika terkait dengan inovasi. Jadi mereka akan menciptakan berbagaiinovasi dalam meningkatkan kemajuan perusahaan mereka. Orang Amerika juga menganut budaya organisasi kapitalisme, yaitu memupuk kekayaan sendiri, serta menganut prinsipkepemimpinan dan budaya feodal yang mengutamakan perbedaan harkat dan martabat antarpetinggi dan bawahan, atasan dan karyawan.

v  Jepang
 Jepang dikenal dengan budaya on time alias tepat waktu dan sangat menghargai waktu. Orang  Jepang sangat setia pada perusahaan dan menghargai pendapat orang lain. Budaya organisasi orang  Jepang disebut dengan Kaizen, yang artinya penyempurnaan berkesinambungan, yang melibatkansemua anggota dalam hirarki perusahaan, baik manajemen maupun karyawan.
Metode Kaizen ini dilakukan dengan mengubah cara kerja karyawan sehingga karyawan bekerja lebih produktif, tidak terlalu melelahkan, lebih efisien, dan aman, serta memperbaiki peralatandan memperbaiki prosedur kerja perusahaan.
                   Budaya organisasi itu merupakan suatu hal yang sangat penting bagi tiap perusahana dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat pada masa sekarang ini. Hal ini dikarenakan, budaya organisasi akan memberikan karakter yang kuat bagi perusahaan, dapat memberikan sebuah sistem kerja, pola pikir dan bertindak dan juga cara mengahadapi sesuatu yang tentu saja akan unik dibandingkan dengan perusahaan yang lain. Perusahaan yang memiliki budaya kerja yang kuat, identik, original dan berkarakter akan cenderung mudah bersaing dalam pasar karena memiliki ´jiwa yang kuat.
                   Budaya organsiasi tidak perlu di sesuaikan dengan kondisi lingkungan bisnis perushaana tersebut, karena jika disesuaikan  dengan  sengaja  maka nantinya menjadi tidak sesuai dengan core asli budaya organisasi dari perusahaan yang telah ada sehingga akan tumbuh dengan memberikan dampak yang negatif bagi keberlangsungana perusahaan itu sendiri.
                   Budaya Organsasi akan sangat membantu perusahaan ketika perusahaan tersebut sedang mengalami tekanan keras dari luar atau dalam. Misal  persaiangan dengan para kompetitor yang ada,  yang mana dikarenakan budaya organisasi yang kuat akan memberikan kekuatan . Pentingnya sebuah budaya organisasi yang kuat dari tiap-tiap perusahaan merupakan hal yang harus dimiliki, dengan demikian setidaknya perusahaan akan memiliki karakter yang kuat di dalamnya.
                         Dengan demikian budaya organisasi perusahaan itu sangatlah beraneka ragam dan terbentuknya pun secara sepontanitas. Mengapa demikian???,,, karena setiap karakter manusia atau indvidu memiliki karakter  yang  berbeda-beda, atau disebabkan faktor lokasi dimana perusahaan itu berdiri dan dari Negara mana pendiri perusahaan itu, ini merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap karakter tersebut untuk terbentukanya sebuah budaya orgaisasi suatu perusahaan. Budaya organisasi memberikan sebuah karakter yang sadar atau tidak di sadari oleh setiap individu dalam perusahaan tersebut, yang memberikan sebuah peran yang identik dalam menghasilan sebuah kesatuan karakter yang kuat. Dan juga hal ini di pengaruhi dari faktor cara pandang visi, misi dan tujuan yang akan mereka buat untuk perusahaan tersebut.


Jumat, 16 Desember 2011

MENGELOLA PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI

http://www.ziddu.com/download/17833300/my_paper_oc.doc.html

Pembelajaran Konsumen


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemasaran memiliki peranan penting bagi perusahaan. Untuk bisa menghasilkan laba bagi perusahaan, bagian pemasaran dituntut suskses meyampaikan produk ke tangan konsumen, sehingga para pemasar harus dapat memahami konsumen, apa yang mereka inginkan, bagaimana habitnya, dan apa yang dapat mempengaruhi mereka sehingga memutuskan utuk mengambil produk yang dihasilkan perusahaan.
Mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk bukan hal yang mudah, apalagi mendapatakan Trust konsumen sehingga konsumen menjadi loyal dengan suatu produk memerlukan kualitas produk yang bagus sebagai pendukungnya. Oleh sebab itu perusahaan harus memahami, mengerti dan bisa mempelajari keinginan konsumen, memprediksikan apa yang ada dipikaran konsumen dan seperti apa perilakunya konsumen. Kajian-kajian seperti ini menjadi bahan penentu strategi pemasaran yang akan digunakan untuk produk-produk output perusahaan, mulai penentuan harga, membangun link distribusi, advertising, serta membangun image dari produk yang akan diluncurkan.
Pembelajaran Konsumen menjadi segment yang menarik untuk dipelajari. Medesign bagaimana membangun karakter dari sebuah produk sehingga produk ini mempunyai sesuatu value yang berbeda dengan produk sejenisnya di ingatan konsumen adalah pekerjaan yang tidak gampang. Makalah ini akan memberi ulasan yang disertai contoh riil dari periklanan yang sedang marak di media televisi.
Kajian Pembelajaran Konsumen ini digunakan untuk melihat reaksi konsumen terhadap suatu prudk yang diluncurkan sebuah perusahaan.


TEORI
Pembelajaran Konsumen
Pembelajaran konsumen merupakan proses dimana para individu memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam pembelian dan konsumsi yang mereka terapkan pada perilaku yang berhubungan di waktu yang akan datang. Kebanyakan Pembelajaran Konsumen diperoleh secara kebetulan, namun ada juga yang disengaja.
Ada 2 aliran pemikiran terhadap pemahaman proses pembelajaran konsumen:
1)      Aliran behaviorist (pembelajaran perilaku), yang menitik beratkan dorongan pada pengaruh perilaku atau perilak itu sendiri.
2)      Aliran kognitif (pembelajaran kognitif), yang menitik beratkan pada pemecahan masalah. Konsep aliran kognitif juga dapat berhubungan dengan kebiasaan, karena dalam pengambilan keputusan yang kompleks bisa menyebabkan terjadinya kebiasaan, yaitu jika perilaku pembelian dilakukan berulang-ulang setelah melalui proses kognitif.
Dalam kompleks perilaku dikembangkan 2 teori pembelajaran, yaitu:
v  Classical Conditioning
Dalam pembicaraan sehari-hari pengkondisian berarti respon terhadap situasi yang terjadi melalui pemaparan yang berulang-ulang. Menurut teori Pavlov (psikolog Rusia), pembelajaran yang dikondisikan terjadi jika stimulus tertentu yang dipasangkan dengan stimuls lain yang mendatangkan tanggapan yang di kenal menimbulkan tanggapan yang sama jika digunakan sendiri saja. Misalnya “Produk Lux (Sabun Mandi)” . ketika seseorang sudah merespon produk tersebut, maka diingatannya jika memakai Sabun Lux disaat mandi maka badan menjadi bersih dan wangi. Setelah itu dilakukan secara terus-menerus, maka secara otomatis di ingatannya yang akan dilakukan saat mandi adalah memakai sabun Lux untuk mandi.
Persyaratan menggunakan Classical Conditioning
Ada beberapa syarat untuk menerapkan classical conditioning dalam mengiklankan suat produk perlu dipenuhi agar pengkondisian kepada konsumen berhasil. Syarat-syaratnya yaitu:
§  Seharusnya tidak ada stimuli lain yang dapat membayangi unconditioned stimuli. Misal iklan kosmetik yang menampilkan beberapa artis yang mempuunyai citra yang berbeda. Misal saja iklan kosmetik menggunakan artis Julia Perez (JuPe) dan Nabila Syakib. Ini akan membinggungkan konsumen, karena kedua artis itu mempunyai citra yang berbeda. Jupe mempunyai citra artis yang sensual, sedangkan Nabila Syakib mempunyai citra artis yang lembut. Ini mengkondisikan citra produk akan mendua yaitu apakah konsumen yang memakai kosmetik itu akan dicitrakan sebagai orang yang sensual atau orang yang lembut.
§  Perangsang utama seharusnya sebelumnya tidak diasosiasikan dengan merek produk lain. Misalnya artis Dian Sastro Wardoyo yang dipakai sebagai model produk Loreal, hal tersebut tidak memungkinkan Dian Sastro untuk membintangi produk lain misalnya produk Maybelline. Karena itu akan membuat konsumen menjadi binggung dan kesulitan untuk mengasosiasikan dirinya. Tetapi jika Dian Sastro dipakai sebagai model iklan Loreal, dan dipaki model iklan untuk kategori produk lain seperti: Natur-e, Lux, Panasonic, Lemari Es Samsung, Samsung Corby, dll.
§  Primary Stimuli seharusnya tidak terlalu familir bagi masyarakat. Karena akan menjadikan konsumen jenuh dengan stimuli tertentu yang sangat sering tampil di media masa. Misalnya penggunaan artis Asmiranda untuk iklan merek produk tertentu yang bertujuan untuk mengasosiasikan itu dengannya akan sulit dilakukan. Contoh iklan yang dibintangi Asmiranda yaitu: XL, Head n Shoulder, Vitacimin, Gery Saluut, AC SHARP, dll. Konsumen akan sulit mengasosiasikan dirinya dengan Asmiranda, karena Asmiranda dipakai untuk model iklan lain yang banyak sekali jumlahnya.
§  Classical Conditioning akan lebih efektif jika setimulus utamanya adalah sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru inilah yang seharusnya menjadi tema iklan sebagai setimulus utamanya. Misalnya iklan produk susu formula “Nutrilon” yang memiliki pesan iklan “Life Is An Adventure” dalam iklan ini secara tidak langsung mengajak anak-anak untuk lebih berani berpetualang menikmati alam dan kehidpan masa anak-anak.
v  Instrumental Conditioning
Seperti pengkondisian klasik, pengkondisian instrumental memerlukan hubungan antara stimulus dan tanggapan. Tetapi, pada pengkondisian instrumental, stimulus yang menghasilkan tanggapan yang paling memuaskan adalah stimulus yang dipelajari. Para pakar teori pembelajaran instrumental percaya bahwa pembelajaran terjadi melalui proses mencoba (trial and error), dimana kebiasaan di bentuk sebagai hasil ganjaran yang diterima untuk tanggapan dan perilaku tertentu. Walaupun pengkondisian klasik berguna untuk menjelaskan bagaimana para konsumen mempelajari berbagai perilaku yang sangat sederhana, pengkondisian instrumental lebih bermanfaat untuk menjelaskan berbagai kegiatan yang kompleks dan berorientasi tujuan. Misalanya, perusahaan yang menggunakan stimuli pada produk itu sendiri untuk menggerakkan perilaku penggantian. Contoh, “obat nyamuk Baygon elektrik” memasang “sistem peringatan dini” yang menunjukkan (jika warna hijau pada obat nyamuk telah berubah menjadi putih) tiba saatnya obat nyamuk tersebut untk diganti.
Penerapan Instrumental Conditioning pada Strategi Pemasaran
·         Kepuasan (penguatan) pelanggan
·         Urutan Penguatan
·         Pembentkan Perilaku
·         Pembelajaran Terkumpul vs Pembelajaran Terdistribusi

Implikasi Strategi dari Perilak Habitual
Distribusi Produk
Produk yang dibeli berdasarkan pengulangan atau kebiasaan mempunyai tingkat perputaran produk yang cepat. Dengan demikian, pemasar memiliki frekuensi tinggi dalam menyediakan produk di tempat-tempat penjualan agar konsumen tidak berpindah ke produk lain yang sejenis. Di sisi lain untk produk-produk yang dibeli berdasarkan keputusan pembelian yang komplek tingkat perputarannya tidak terlalu cepat, dapat dibilang perputarannya lambat. Oleh karena itu frekuensi distribusi tidak setinggi seperti produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan.
Kategori Produk
Pembelian dengan keputusan yang komplek bias digunakan konsumen untuk memilih produk-produk yang berisiko, seperti produk-produk peralatan rumah tangga yang dibeli harus secara hati-hati dengan pertimbangan yang matang. Contohnya mobil atau peralatan rumah tangga yang berbau elektronik dan membutuhkan pengorbanan dana yang lebih. Sementara itu produk-produk yang dibeli berdsarkan kebiasaan lebih cenderung untuk produk yang berisiko kecil atau barang konsumsi sehari-hari, contonya: sabun, pasta gigi, dll.
Iklan dan promosi di Dalam Toko
Iklan untuk produk habitual haruslah ditampikan sesering mungkin untuk mengingatkan konsumen, biasanya iklan dirancang dalam durasi yang pendek karena sekedar sebagai pengingat. Tata letak produk habital di atas rak toko perlu diperhatikan, sebaiknya produk habitual diletakkan di tempat dimana konsumen mudah melihatnya. Bagi produk yang dibeli melalui keputusan komplek isi iklan harus detail, memuat spesifikasi produk secara lengkap agar lebih meyakinkan konsumen. Penggunaan media massa seperti majalah yang khusus memuat spesifikasi produk-produk sejenisnya merupakan tempat advertising yang efektif. Penataan produk di rak toko tidak terlalu mempengarhi minat konsumen.
Penetapan Harga
Kebijakan-kebijakan promosi penjualan seperti pemberian kupon belanja dapat digunakan untuk mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang bersifat habitual.
Mengubah Perilaku Habitual
a)      Menampilkan feature baru
b)     Menggunakan contoh gratis, potongan harga
c)      Menawarkan manfaat baru
Loyalitas Pelanggan
Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu loyalitas merek dan toko. Loyalitas merek bisa didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek it sepanjang waktu.


Artikel
Gaya Baru Kampanye Merek-merek Unilever                                  
Monday, 19 May 2008
Ada yang baru dari sejumlah merek keluaran Unilever. Iklan Molto untuk pertama kalinya tampil dalam bungkus kreatif kartun animasi.
Penulis dan Peliput: Dwi Wulandari
Usai sukses membuat penasaran pemirsa lewat iklan berseri Pond’s, lagi, tahun ini Unilever menyajikan sejumlah iklan anyarnya lewat merek Molto. Tidak seperti iklan-iklan sebelumnya, merek tersebut menawarkan kreatif yang benar-benar beda.
 Molto menghadirkan sosok Andy, pria jeans yang diceritakan berasal dari Negeri Kain. Dikisahkan di sana, Andy adalah seorang pop star yang memiliki kekasih Lily, perempuan katun sutra. Berkat kesetiaan Andy dan Lily memakai Molto Ultra, mereka pun akhirnya selalu tampil menjadi mahluk kain paling indah dan menawan di Negeri Kain.
Dijelaskan Senior Brand Manager Molto Veronica Utami, ”Negeri Kain adalah pendekatan imaginer dengan mempersonifikasikan pakaian sebagai mahluk hidup. Sementara Molto Ultra adalah produk yang digunakan oleh berbagai jenis pakaian itu untuk tetap menjaga bentuk, warna, dan kesegaran sehingga pakaian selalu tampil menarik.”
Tak tanggung-tanggung, lewat sosok Andy yang juga seorang pop star, memutuskan Molto untuk menggandeng Warner Music Indonesia. Dikatakan Veronica, musik adalah bahasa universal yang dipercaya mampu membuat orang terhanyut dan mendalami pesan komunikasi dari sebuah merek. ”Untuk itu, kami mengambil pendekatan jalur musik untuk membawa karakter Andy dan Lily lebih jauh ke dalam hati konsumen.” lanjutnya.
Hasilnya, Molto bukan hanya menghadirkan iklan bertema kartun dan musik, melainkan juga meluncurkan album berjudul Andy & Friends Love. Dalam album tersebut, ada hits berjudul ”La La La” yang dinyanyikan Andy. Selain itu, Andy juga berkolaborasi dengan 7 penyanyi terkenal. Sebut saja Marcell, Krisdayanti, Acha Septriasa dan Irwansyah, Jikustik, Andien, serta Maliq & D’Essentials, yang melantunkan hits-nya masing-masing.
”Untuk membedah album Andy & Friends Love, kami telah menghadirkan Konser Selembut Cinta bertema Valentine Concert from Andy to Lily, yang tayang di RCTI dan TPI,” ungkap Veronica, yang menyebutkan album Andy & Friends Love juga dijual di pasaran dan bisa dijadikan kado romantis dalam merayakan hari Valentine.

Ulasan Arikel
            Artikel diatas Unilever mencoba meraih perhatian konsumen dengan menyuguhkan tema iklan yang berbeda dengan yang lain. Penggambaran manusia kain bertujuan untuk menjelaskan secara imajiner kepada konsumen bahwa kain yang di beri Molto akan wangi sepanjang hari, tetap menjaga bentuk, dan warna kain sehingga selal tampil menarik kapanpn.
            Primari stimulus dari iklan ini adalah negeri kain yang memiliki bintang Andy dan Lily dengan ciri khas kesegaranya yang bertahan sepanjang hari. Dengan adanya sesuatu yang baru dari Negeri kain yang menjadi stimulus utamanya diharapkan pendekatan Classical Conditioning akan lebih efektif untuk perilaku pembelian yang kurang terlibat atau pembelin habitual.

*** DaCeNyak & W***