Di dunia ini, cukup banyak
budaya yang berbeda satu sama lain. Dalam ruang lingkup yang luas ataupun
sempit. Namun meski demikian dengan kita menghargai perbedaan budaya antar
kelompok, golongan, etnis, bangsa dll, itu dapat menjadikan toleransi sehingga
tercipta suatu kerjasama yang baik. Maka dari itu penting untuk kita mengenali
dan memahami perbedaan budaya tersebut.
Jika kita tidak mengenal
dan tidak dapat memahami perbedaan budaya tersebut, maka akan muncul
kesalahpahaman. Masalah utamanya adalah ketika kita menganggap budaya kita
merupakan kemestian tanpa mempersoalkan lagi dan kita menggunakannya sebagai
standart dalam mengukur budaya lainnya. Dalam
berkomunikasi dengan orang lain, kita dihadapkan dengan bahasa, aturan, nilai
yang berbeda. Kita sulit untuk memahami komunikasi mereka jika kita sangat
etnosentrik. Etnosentrisme itu sendiri adalah ”memandang segala sesuatu dalam kelompok
sendiri sebagai pusat segala sesuatu itu, dan hal-hal lainya diukur dan dinilai
berdasarkan rujukan kelompoknya” (dalam Gudykunst dan Kim,1985:51-52).
Dalam dunia bisnis pun
demikian, kita mesti dapat mengenali dan memahami karakteristik perilaku
konsumen dan rekan kerja kita dari satu bangsa dan negara lain. Agar dalam
berkomunikasi dalam berbisnis tidak terjadi kesalahpahaman, yang dapat
mengecewakan dan merusak citra perusahaan terhadap konsumen.
Perbedaan budaya dari
segi bahasa seperti halnya, Indonesia dan Malaysia sama-sama memakai bahasa
melayu akan tetapi bahasa melayu yang ada di Indonesia dan Malaysia memiliki
arti yang berlawanan. Misalnya, di Indonesia “Rumah Sakit Bersalin” sedangkan
di Malaysia “Rumah Sakit Korban Laki-laki” hal tersebut bisa menjadi
membingungkan.
Dari segi adat istiadat,
aturan praktis atau tata krama dalam berperilaku, berbicara dan berpakaian yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu. Di Arab misalnya, tangan kiri
dipandang sebagai “toilet Hand”. Jika di USA biasa bicara bisnis di saat makan,
beda lagi di Mexico bicara bisnis di saat makan berarti tidak menghargai
mereka.
Dilihat dari segi
kebiasaan, sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang atau masyarakat berdasarkan turun-temurun. Misalnya: di Rusia,
Perancis dan Jerman: jangan pernah memberikan hadiah berupa “senjata tajam atau
belati” karena itu sama halnya dengan mengajak permusuhan. Di negara Jepang,
jika ingin memberi atau diberi hadiah, hadiah harus terbungkus tertutup rapi
& tidak boleh dibuka di depan pemberi.
Dari segi personal
Communications yaitu:
Ø Spoken Language: bahasa lisan
termasuk perbendaharaan kata dan tulisan. Di Malaysia: bahasa resmi/nasional
melayu, tetapi ada Cina, India, Inggris. Di United Kingdom: bahasa resmi
/nasional Inggris, tetapi ada Irlandia Utara, Wales, Skotlandia. Di India
meskipun Hindi sebagai bahasa resmi/nasional, tetapi ada bahasa Inggris sebagai
lingua-franca (bahasa perantara).
Ø Unspoken Language: bahasa tubuh (
roman muka, gerakan tangan, mata, badan) tapi sering berbeda arti. Misalnya,
kebanyakan pria dari negara Timur Tengah, memeluk tamu dan berpamitan it
menunjukkan keakraban dan persahabatan. Sedangkan bagi kebanyakan orang eropa,
jika bukan karna ada momen khusus yang membuat anda terharu dan bahagia, jangan
pernah memeluk tamu sembarangan bisa-bisa anda dikira suka sesama jenis (gay).
Contoh lainnya: tanda jempol di USA berarti baik, tapi di Italia & Swiss
itu berarti buruk.
Lantas bagaimana cara
kita mengatasi atau mensiasati perbedaan budaya dalam proses marketting dan
negosiasi?, dalam banyak kasus kita harus jeli untuk mengetahui latarbelakang
budaya mitra kita dari bangsa lain, itu menjadi kunci sukses dalam proses
negosiasi, disamping itu juga memahami latarbelakang pendidikan dan konsep yang
bersangkutan terhadap citra budaya dan mencari tahu nasionalismenya.
Misalnya, ada tuan rumah
yang berusaha menyenagkan rekan bisnis dari luar negeri (Eropa), kita
menjamunya dengan hidangan makan malam layaknya di negara mereka sendiri, saat
berkunjung ke negara kita. Kita hidangkan steak & salat, namun apa yang
terjadi mereka (tamu) malah kecewa, karena merekasebenarnya ingin mencicipi
makanan khas indonesi sendiri, ingin merasakan kekhasan yang di miliki
Indonesia ini. Namun mereka tidak berkomentar ata marah, hanya terdiam &
menerima saja, tapi jika kita jeli bisa membaca body languagenya kita dapat
mengetahui apa yang mereka inginkan. Karena tidak semua orang asing selalu
“home sick” yang berkunjung ke suatu negara, justru sering kali mereka ingin
mengetahui keunikan suatu negara tersebut.
Kita perlu membaca
perbedaan-perbedaan dari setiap segi budaya seperti yang sudah aku sebutin
diatas. Dengan mencari tahu dulu sebelum bertemu dan meeting, supaya kita tidak
kaget ketika bertemu dengan patner kerja kita yang memiliki budaya yang
berbeda, sehingga juga tidak terjadi kesalahpahaman diantara kita dan patner
kerja kita. dan setelah itu kita juga perlu memahami perbedaan budaya kita
dengan patner kerja kita. Karena setiap
orang memiliki persepsi tertentu terhadap suatu bangsa yang akan mereka
kunjungi.